1. Peran guru pada era penjajahan
Jawaban:
Lagu himne guru menunjukkan betapa pentingnya keberadaan seorang guru bagi kehidupan seorang manusia dalam mengenal dunia. Tanpa guru, tidak akan muncul generasi pintar yang akan membangun bumi ini. Semua orang pasti mengakui jasa seorang guru bagi dirinya walau hanya di dalam hati, tetapi mereka hanya mengakui dengan tanpa upaya memberikan suatu penghargaan yang lebih dibanding kepada profesi lain.
Pada jaman penjajahan Belanda, status profesi guru memang sangat tinggi. Guru dipandang sebagai pemimpin masyarakat yang disegani dan mempunyai status ekonomi yang relatif tinggi. Dalam buku Siti Sahara, Wanita Guru Pertama dari Mandailing, dalam Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa ditulis, pada tahun 1920-an misalnya, Ibu Guru Siti Sahara mempunyai gaji sebesar 40 gulden sebagai guru Kepala Sekolah Wanita di Bireum. Suatu jumlah yang amat besar waktu itu, mengingat ungkapan pada masa kolonial mengatakan bahwa seorang inlander cukup hidup dengan segobang (2,5) sen sehari.
Pada zaman penjajahan jumlah guru sangantlah sedikit atau terbatas , karena bangsa Indonesia dilarang menuntut ilmu oleh para penjajah guru. adalah sosok manusia yang patut digugu dan ditiru. Digugu dalam arti segala ucapannya dapat dipercayai. Ditiru berarti segala tingkah lakunya harus dapat menjadi contoh atau teladan bagi masyarakat.
Pada zaman penjajahan orang yang menjadi guru adalah benar-benar dari panggilan jiwa karena ingin mencerdaskan anak bangsa dan ingin memerdekaan bangsa sehingga banyak guru-guru yang ditangkap bahkan ada guru yang dibunuh apabial menantang kebijakan pemerintah pada saat itu.
2. Peran guru pada era kemerdekaan
Jawaban :
Pada masa kemerdekaan, Guru mempunyai peran penting dalam menata kehidupan masyarakat. Karena pada zaman kemerdekaan, peran guru cukup besar menggerakkan semangat kemerdekaan kepada para pelajar Indonesia. Mereka mampu membangkitkan semangat dan menjaga moral generasi muda Indonesia dengan baik.
Disadari atau tidak, guru telah menyumbangkan peran yang begitu besar dalam membangun bangsa ini. Pernahkah terlintas dalam benak kita siapakah guru dari Soekarno? Siapa pula guru yang telah berhasil melahirkan tokoh-tokoh seperti Muhammad Hatta, Buya Hamka, Muhammad Natsir dan lain sebagainya? Mungkin banyak diantara kita yang tidak mengetahuinya. Sejarah lah yang hanya bisa menjawabnya. Tentunya mereka adalah guru-guru yang luar biasa. Mereka mendidik dengan cinta karena cinta adalah energi terbesar yang bisa mengubah segalanya. Mereka mengajar dengan keikhlasan karena hanya dengan keikhlasan lah pekerjaan yang berat sekalipun akan terasa ringan. Tokoh besar hanya lahir di tangan guru yang besar. Sebaliknya, guru yang biasa-biasa saja juga akan melahirkan anak didik yang biasa-biasa saja.
Pada masa itu banyak orang-orang dari negara –negara luar seperti malasyia yang sekolah dan menuntut ilmu diindonesi karena pada saat itu guru-guru dinegara indonesia pintar-pintar tapi sayang sekarang semuanya sudah berubah karena orang indonesia yang mencari ilmu dinegara orang. Karena sekarang mutu pendididkan diindonesia sangat memperihatinkan
3. Peran guru pada era perkembangan
Jawaban :
Menjadi guru sejatinya adalah menjalankan peran yang sangat mulia. Mulia karena ditangan seorang guru lah akan lahir generasi-generasi penerus bangsa. Di tangannya pula lah akan muncul tokoh-tokoh atau kaum intelektual. Maka sudah sepatutnya seorang guru bersyukur dengan karunia yang luar biasa ini. Pemerintah pun telah meningkatkan kesejahteraan para guru dengan menaikkan gaji mereka. Bagi yang berstatus PNS, ada gaji pokok ditambah tunjangan daerah. Besarnya gaji tergantung golongan mereka. Besarnya tunjangan juga tergantung dari besarnya anggaran yang disediakan oleh daerah masing-masing. Bagi guru-guru yang sudah mendapatkan sertifikasi, total penghasilan mereka dalam satu bulan bisa mencapai 4-5 juta. Tentu gaji yang bisa dibilang sudah mencukupi. Dengan gaji sekian, rasanya tak perlu lagi khawatir memikirkan biaya hidup. Makanya tak heran hari ini orang-orang berlomba-lomba untuk menjadi guru. Dimana-mana peminat profesi ini terus mengalami peningkatan karena kebutuhan terhadap guru juga meningkat.
Adanya perhatian serius dari pemerintah hendaknya menjadi penyulut semangat bagi pahlawan tanpa tanda jasa ini agar terus meningkatkan kualitasnya dari waktu ke waktu. Tidak sekedar menjalankan tugas, namun harus memberikan yang terbaik bagi dunia pendidikan di tanah air. Tidak sekedar masuk ke kelas dan memberikan pelajaran kepada murid-muridnya. Tidak juga sekedar melaksanakan tanggung jawab. Namun lebih dari itu yakninya menjadi guru yang kreatif, berwawasan, professional, bermoral, kompeten dan pendorong perubahan.
a. Kreatif disini artinya bahwa seorang guru harus punya terobosan-terobosan baru dalam mengajar atau punya ide-ide cemerlang sehingga murid-muridnya bersemangat dan tidak bosan. Guru yang kreatif adalah guru yang pintar dalam mencari peluang atau solusi dari setiap kendala yang dihadapinya ketika mengajar. Contoh sederhana adalah seorang guru membuat alat peraga melalui tangannya sendiri dengan memanfaatkan barang-barang bekas, karena alat-alat peraga tidak mesti harus selalu dibeli. Guru yang kreatif sangat pintar dalam menghangatkan suasana di kelas sehingga murid-murid menyenanginya.
b. Guru yang berwawasan. Artinya seorang guru dituntut agar memiliki wawasan yang cukup karena dia seorang pendidik dan pengajar. Jika seorang guru tidak memiliki wawasan yang mumpuni maka bukan guru yang sejati namanya. Jangan sampai wawasan seorang guru lebih sedikit dibandingkan murid-muridnya. Apa kata dunia jika ada guru yang seperti ini. Oleh karena itu seorang guru harus rajin membaca untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
c. Guru yang professional. Profesional artinya seorang guru harus punya kode etik keprofesian. Ia harus meletakkan sesuatu pada tempatnya. Ketika sedang di sekolah maka dia harus menempatkan dirinya sebagai seorang guru. Permasalahan dalam rumah tangganya tidak boleh dibawa ke sekolah. Selain itu guru yang professional adalah guru yang siap menerima kritikan dan saran yang dari orang lain meski pahit sekalipun. Guru yang professional adalah guru yang punya etos kerja tinggi, disiplin,dan bertanggung jawab
d. Guru yang bermoral. Artinya adalah bahwa seorang guru harus punya akhlak yang baik ketika mengajar sehingga diharapkan dia bisa pula menanamkan nilai-nilai dan norma dalam kehidupan kepada murid-muridnya. Inilah yang paling penting sebab kecerdasan saja tidak cukup. Apa jadinya jika seorang murid pintar tapi akhlaknya buruk. Lebih menyedihkan lagi jika seorang guru mencontohkan prilaku yang tidak baik kepada murid-muridnya. Maka seorang guru haruslah punya sikap yang mencerminkan jati diri seorang pendidik
e. Guru yang kompeten. Artinya seorang guru harus punya daya saing. Ia harus punya kelebihan dari guru-guru yang lainnya. Ia juga harus melek dengan perkembangan IPTEK sehingga tidak dianggap kolot atau ketinggalan jaman. Guru yang kompeten harus mampu mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada murid-muridnya, mengembangkan potensi mereka dan terus mendorong mereka untuk maju
f. Guru yang mendorong perubahan. Artinya seorang guru harus punya semangat yang tinggi untuk terus memperbaiki dirinya dari waktu ke waktu. Ia juga harus sadar dengan kekurangan yang dimiliki dan berusaha untuk terus mengembangkan kemampuannya. Ia pun harus mengenali kelemahan murid-muridnya dan berusaha merubah prilaku mereka kearah yang positif.
Kesimpulan :
Kualitas guru di setiap jaman harus bagus karena guru adalah seorang pendidik dan pengajar siswa-siswa dikelas kalau tidak bagus ya tidak akan terseleksi jadi guru. Karena didikan gurulah seseorang bisa jadi presiden, menteri, dokter dll.
Profesi guru yang dulu merupakan profesi yang paling bergengsi dan menjadi dambaan bagi generasi muda pada zaman leluhur kita, kini menjadi profesi yang kurang diminati dan dihargai dibanding dengan profesi lainnya. Orang tua akan sangat bangga jika anaknya menjadi seorang dokter, insinyur, tentara, polisi, atau profesi lainnya dibanding menjadi seorang guru.
seorang guru mesti merespon beragam kebutuhan anak didik yang berubah, perkembangan teknologi yang demikian cepat merambah dan mengisi dalam dunia kerja, atau tuntutan meraih keunggulan dari masyarakat saat ini, serta perubahan konstruksi sosial di dalam masyarakat dan ledakan globalisasi yang menggurita.
Kalau dari segi kualitas sepertinya menurun tetapi dari segi kuantitas sudah pasti bertambah. Kalo dulu guru adalah panggilan hati tetapi sekarang kebanyakan guru adalah sumber mata pencaharian.
Masih rendahnya tingkat profesionalisme guru saat ini disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari internal guru itu sendiri dan faktor lainnya yang berasal dari luar. Faktor-faktor tersebut antara lain: Penghasilan yang diperoleh guru belum mampu memenuhi kebutuhan hidup harian keluarga secara mencukupi. Oleh karena itu, upaya untuk menambah pengetahuan dan informasi menjadi terhambat karena dana untuk membeli buku, berlangganan koran, internet, tidak tersedia. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan dapur harus juga melakukan kerja sampingan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar