Seperti Air Yang Mengalir Seperti itulah HARAPAN ku

Seperti Air Yang Mengalir Seperti Itulah Harapanku

Minggu, 27 Februari 2011

Karakteristik Muslim Negarawan




Dalam pandangan KAMMI, krisis kepemimpinan di tingkat nasional adalah minimnya sosok manusia Indonesia yang memiliki mentalitas dan sikap sebagai negarawan. Penjualan aset-aset berharga yang dimiliki negeri ini tidak secara bijak, kebijakan-kebijakan yang tidak memihak pada perlindungan seluruh potensi baik yang dimiliki masyarakat dan mendahulukan kepentingan individu atau kelompok daripada kepentingan bangsa merupakan salah satu indikasi dari kurangnya mentalitas negarawan. Korupsi dan menjual informasi berharga yang dimiliki bangsa ini dengan murah pada bangsa lain menunjukan hilangnya jiwa kenegarawanan bangsa.
KAMMI, sesuai visinya melahirkan pemimpin yang tangguh di masa depan berupaya untuk bersikap bijak bahwa ketimpangan bangsa ini harus diselesaikan dengan upaya perbaikan dan tawaran-tawaran solusi yang terbaik. Bahwa pasca bergulirnya reformasi gerakan mahasiswa tidak sekedar menampilkan sosok kepemudaannya sebagai anak bangsa yang kritis, lebih dari itu pemuda adalah pewaris yang sah atas masa depan negeri ini, maka ia ikut bertanggung jwab membangun negeri ini. Dalam proses pembangunan ini kader KAMMI dituntut untuk seimbang dalam memandang persoalan secara kritis dan konstruktif.
Muslim negarawan adalah kader KAMMI yang memiliki basis ideologi Islam yang mengakar, basis pengetahuan dan pemikiran yang mapan, idealis dan konsisten, berkontribusi pada pemecahan problematika umat dan bangsa, serta mampu menajdi perekat komponen bangsa dalam upaya perbaikan.
Bangsa dan umat ini membutuhkan para pemimpin perubahan yang memiliki idealisme dan kompetensi yang diperhitungkan. Para pemimpin itu terlahir dalam rahim gerakan Islam yang tertata rapih (quwwah al munashomat), semangat keimanan yang kuat (ghiroh qawiyah) dan kompetensi yang tajam. Tiga hal ini merupakan syarat utama menculnya sosol muslim negarawan yang memiliki keterpihakan pada kebenaran dan terlatih dalam proses perjuangannya.
Secara aplikatif sosok kader muslim negarawan harus memiliki kompetensi kader yang harus dilatih sejak dini. Kompetensi kritis ini adalah kemampuan yang harus dimiliki kader yang dirancang sesuai kebutuhan masa depan sebagaimana yang dirumuskan dalam visi KAMMI, sebagai berikut:
1. Pengetahuan Ke-Islam-an
Kader harus memiliki ilmu pengetahuan dasar keIslaman, ilmu alat Islam, dan wawasan sejarah dan wacana keIslaman. Pengetahuan ini harus dimiliki agar kader memiliki sistem berpikir Islami dan mampu mengkritisi serta memberikan solusi dalam cara pandang Islam.

2. Kredibilitas Moral
Kader memiliki basis pengetahuan ideologis, kekokohan akhlak, dan konsisten dakwah Isslam. Kredibilitas moral ini merupakan hasil dari interaksi yang intensif dengan manhaj tarbiyah Islamiyah serta implementasinya dalam gerakan (tarbiyah Islamiyah harokiyah).

3. Wawasan Ke-Indonesia-an
Kader memiliki pengetahuan yang berkolerasi kuat dengan solusi atas problematika umat dan bangsa, sehingga kader yang dihasilkan dalam proses kaderisasi KAMMI selain memiliki daya kritis, ilmiah dan obyektif juga mampu memberikan tawaran solusi dengan cara pandang makro kebangsaan agar kemudian dapar memberikan solusi praktis dan kompeherensif.
Wawasan ke-Indonesia-an yang dimaksud adalah penguasaan cakrawala ke-Indonesia-an, realitas kebijakan publik, yang terintegerasi oleh pengetahuan indisipliner.

4. Kepakaran dan Profesionalisme
Kader wajib menguasai studi bidangnya agar memiliki keahlian spesialis dalam upaya pemecahan problematika umat dan bangsa. Profesionalisme dan kepakaran adalah syarat mutlak yang kelak menjadikan kader dan gerakan menjadi referensi yang ikut diperhitungkan publik.

5. Kepemimpinan
Kompetensi kepemimpinan yang dibangun kader KAMMI adalah kemampuan memimpn gerakan dan perubahan yang lebih luas. Hal mendasar dari kompetensi ini adalah kemampuan kader berorganisasi dan beramal jama¢i. Sosok kader KAMMI tidak sekedar ahli di wilayah spesialisnya, lebih dari itu ia adalah seorang intelektual yang mampu memimpin perubahan. Di samping mampu memimpin gerakan dan gagasa, kader pun memiliki pergaulan luas dan jaringan kerja efektif yang memungkinkan terjadi akselerasi.

6.Diplomasi dan Jaringan
Kader KAMMI adalah mereka yang terlibat dalam upaya perbaikan nyata di tengah masyarakat. Oleh karena itu, ia harus memiliki kemampuan jaringan, menawarkan dan mengkomunikasikan fikrah atau gagasannya sesuai dengan bahasa dan logika yang digunakan berbagai lapis masyarakat. Penguasaan skill diplomasi, komunikasi massa dan jaringan ini adalah syarat sebagai pemimpin perubahan.
By : Laskar Pena, HUMAS KAMMI KAD
Rf : tulisan Yuda Aldurra (Kaderisasi KAMMI Cilegon 06-07)
http://shaffiyah.wordpress.com

Sabtu, 12 Februari 2011

tentang perasaan

kita tak perna tau apa arti perasaan
kita tak tau kapan dia datang
kita tak tau untuk apa dia ada
itulah perasaan yang tak bisa ditabak


perasaan itu seperti udara yang selalu 
yang datang kepada dan untuk siapa saja
tampa mepedulikan 
siapa dia dan dari mana dia


perasaan yang kurasakan
datang dan datang terus 
tanpa bisa kuhindari
kuhanya bisa berusaha 
tuk bisa menjaganya

entahlah sampai kapan
akupun tak tau
biarlah waktu yang khan menjawab semuanya

Kamis, 10 Februari 2011

filsafat

psikologi | filsafat
Copyright nitapricin nita_pricin@webmail.umm.ac.id
http://nitapricin.student.umm.ac.id/2010/09/22/10/
filsafat
Peranan filsafat bagi
Perkembangan Ilmu Psikologi
Reza A.A Wattimena
http://rezaantonius.wordpress.com/2008/10/21/peranan-filsafat-bagi-perke
mbangan-ilmu-psikologi/
Filsafat bisa menegaskan akar historis ilmu psikologi. Seperti kita tahu, psikologi,
dan semua ilmu lainnya, merupakan pecahan dari filsafat. Di dalam filsafat, kita
juga bisa menemukan refleksi-refleksi yang cukup mendalam tentang konsep jiwa
dan perilaku manusia. Refleksi-refleksi semacam itu dapat ditemukan baik di dalam
teks-teks kuno filsafat, maupun teks-teks filsafat modern. Dengan mempelajari ini,
para psikolog akan semakin memahami akar historis dari ilmu mereka, serta
pergulatan-pergulatan macam apa yang terjadi di dalamnya. Saya pernah
menawarkan kuliah membaca teks-teks kuno Aristoteles dan Thomas Aquinas
tentang konsep jiwa dan manusia. Menurut saya, teks-teks kuno tersebut
menawarkan sudut pandang dan pemikiran baru yang berguna bagi perkembangan
ilmu psikologi.
Secara khusus, filsafat bisa memberikan kerangka berpikir yang sistematis, logis,
dan rasional bagi para psikolog, baik praktisi maupun akademisi. Dengan ilmu
logika, yang merupakan salah satu cabang filsafat, para psikolog dibekali kerangka
berpikir yang kiranya sangat berguna di dalam kerja-kerja mereka. Seluruh ilmu
pengetahuan dibangun di atas dasar logika, dan begitu pula psikologi. Metode
pendekatan serta penarikan kesimpulan seluruhnya didasarkan pada prinsip-prinsip
logika. Dengan mempelajari logika secara sistematis, para psikolog bisa mulai
mengembangkan ilmu psikologi secara sistematis, logis, dan rasional. Dalam hal ini,
logika klasik dan logika kontemporer dapat menjadi sumbangan cara berpikir yang
besar bagi ilmu psikologi.
page 1 / 4