Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
==============================
Mukadimah:
Note ini
pernah saya publish bebrapa kali sebelumnya dan mendapat apresiasi yg luar
biasa dari pembaca.
Kali ini saya
repost kembali dgn sedikit editan, yaitu saya tambahkan beberapa ayat alqur'an
dan hadist agar jalinan ceritanya semakin kuat.
Semoga
menjadi renungan bersama dan ada ibrah yg bisa diambil.
Selamat
membaca..^.^
-----------------------^*^*^*^*^*-----------------------
-- 09 agt 2010, Suatu senja di alun-alun kota Solo, note ini tertulis --
Menatap semburat lembayung di langit
Baru kusadari betapa berharga kenanganmu
Saudariku seiman yg terhanyut arus waktu
Cantik dan mekar mendewasa, semarakkan keheningan lubuk
Bilakah kita menangis bersama..?
Mengakui dosa-dosa dan menatap keagungan Allah di rumahNya..?
--------------------------------------------------------------------------------
Sebait puisi
tadi adalah yg kini kubaca dalam genggaman tanganku. Puisi yg dia berikan
padaku setahun lalu. Puisi yg menandakan kecintaannya kepada Rabbnya melebihi
segalanya. Bahkan dia bilang kecintaanya kepadaku menempati urutan nomor 3
setelah Allah dan keluarganya.
Kini aku
menatap wajahku di dalam cermin. Jilbab putih berbahan satin yang membingkai
wajahku memperkuat auraku. Riasan tipis yang kusapukan di pipi membuatku nampak
mempesona. Namun tetap tak mampu menutupi mendung yang menggaris di wajahku.
Namaku Fara
Listiyani. Hari ini, beberapa menit lagi aku akan menikah. Tetapi bukan dia yg
akan menikahiku, tapi orang lain. Seseorang akan membaiatkan perjanjian suci
yang katanya maha dahsyat. Detik dimana awal dari kehidupan baruku. Namun aku
berduka.
Karena dia
yang akan melafazkan ijab bukan dia yang bersemayam di dalam hati ini. Dia yang
akan menyematkan cincin di jemariku bukan dia yang tersemat dalam doa – doaku.
Dia adalah orang lain yg tidak aku cintai.
Rabbi......jikalau memang bukan dia yang menjadi jodohku
Maka mudahkanlah hati ini untuk melepas segala rasa di dada.
Ya
Alloh...aku menerimanya karena semata untuk menyelamatkan izzahku.
Menyelamatkan kehormatanku yang terancam. Aku menerimanya semata karena menjaga
kesucianku. Bukan karena rasa yang engkau anugerahkan kepadaku untuk dia yang
lain.
Ya
Alloh....mungkin ini yang terbaik untukku menurut Mu. Namun hati ini, masih
sulit untuk menerima semuanya. Hatiku masih berat. Lalu terdengar pintu kamarku
di ketuk dari luar.
"
Siapa..?" aku segera menghapus airmata yang membasahi pipiku.
Sial...membekas di sana. Bedak tipisku hancur.
" Ini
Mbak Citra Dek " aku langsung membuka pintu. Dan dia berdiri sembari
tersenyum manis seperti biasanya. Teduh. Dia langsung kaget melihat parasku.
" Anti
kenapa De?" dia membimbingku ke pembaringan dan mendudukanku di sana.
Akhirnya ku tumpahkan tangisku di peluk hangat tubuhnya. Ku curhakan segala
sesak di dadaku sampai tak kusadari airmatanya menetesiku.
" Kenapa
anti tak pernah bilang pada Mbak? Sekarang apa yang bisa mbak lakukan untuk
anti?".
aku
menggeleng.
"
Biarlah.....aku menjalaninya mbak....ini sudah tertulis sejak dulu untukku
" aku menyusut airmataku.
Mbak Citra
mengeluarkan ponselnya.
" Telfon
dia De, sebelum anti menjadi milik orang " aku menatapnya tak percaya.
Mbak Citra yang idealis, bahkan menyuruhku meneleponnya di detik – detik
terakhir.
"
Keluarkan semua yang ada di dadamu ke dia " aku segera meraih ponsel yang
ia sodorkan dan memencet dua belas digit angka. Terdengar nada tunggu dan di 10
detik kemudian diangkat.
"
Sebentar lagi Fara menikah Kak, tapi sampai detik ini Fara masih menunggu
kakak. Jaga diri baik – baik, maafkan Fara ". klik...langsung ku putus.
Aku tak ingin ia mendengar isakanku. Mbak Citra mengusap bahuku lembut,
"ayo
mbak Bantu membenahi riasanmu " aku manut dan diam saja ketika dia kembali
membenahi riasan wajahku.
"
Mbak..setelah bebarapa menikah nanti aku akan minta cerai darinya. Tapi aku
tidak punya alasan kuat untuk itu..".
"
Astaghfirullah dek fara, janganlah berkata seperti itu. Anti tidak takutkah dgn
ancaman nabi kita: "Wanita2 mana saja yg
meminta cerai pada suaminya (tanpa sebab yg syari'), maka haram baginya wangi
surga ( HR.Tirmidzi) ".
Akupun hanya
bisa menunduk sedih.
Dan...sampailah
puncaknya. Tak kala seseorang mengucapkan lafaz itu. Ijab Qabul pun terucap
sudah. Saat seseorang membawaku ke perjanjian mistaqa ghaliza. Perjanjian agung
itu. Air mataku mengalir. Bukan haru tapi kesedihan. Aku harus melacurkan diriku
dalam bingkai pernikahan. Aku....aku.......ah tak bisa ku lukiskan bagaimana
perasaanku.
Dan di
ruangan ini kembali, di ruangan kamarku. Saat malam tiba. Dan aku tinggal
berdua dengannya. Seorang lelaki yang kini berstatus sebagai suamiku.
Aku terdiam
di samping tempat tidurku yang di hias dengan indah. Malam sudah semakin larut.
Namun di luar kamar masih ramai. Tiba – tiba pintuku di ketuk.
"
Assalamualaykum.....ana boleh masuk Ukh?" suara di luar terdengar jelas.
"
Walaykumsalam....ndak di kunci " dan seraut wajah berjenggot tipis muncul
dari balik pintu. Dia suamiku kini. Tersenyum kepadaku. Shalat sunnah sudah ku
tunaikan tadi siang. Tentu saja bersamanya. Dia mendekat ke arahku, namun ku
beringsut ke sisi jendela.
" Kenapa
Mas ingin menikah denganku?" tanyaku tiba – tiba.
" Karena
Mas ingin menjaga kesucian Mas, karena Mas sayang sama Fara dan karena Mas tahu
Fara butuh seseorang yang melindungi izzah Fara".
aku menghela
nafas.
" Mas
tahu kan? Bagaimana perasaan Fara?". dia mengangguk.
" Mas
tahu, tak ada rasa cinta sedikitpun untuk Mas di hati Fara. Semua terserah
Fara, Mas hanya ingin membahagiakaan Fara".
" Jangan
sentuh Fara Mas, Fara belum siap " dia menunduk.
Kami sama –
sama terdiam. Bermain dengan angan kami masing – masing. Aku menghapus airmata
di pipiku.
" Sudah
malam, tidurlah Mas. Pasti hari ini melelahkan untuk Mas. Biar Fara tidur di
sofa saja " aku mengambil bantal berniat memindahkan ke sofa di samping
jendela. Tapi dia menahan tanganku, sejurus kemudian ia menarik tangannya.
" Afwan
Ukh " aku hanya diam saja dingin." Biar ana saja yang tidur di sofa,
anti di tempat tidur saja " tanpa menunggu jawabanku dia langsung beranjak
ke sofa.
--"Dan bergaullah dengan mereka ( istri-istrimu ) dengan cara yg
baik" ( QS.An.Nisa,19)__.
Aku tak
melepas jilbabku . Lampu pun tak ku matikan. Risih rasanya berada satu ruangan
dengan orang asing. Ya Allah masih asingkah dia bagiku? Bukankah ia seharusnya
menjadi pemilik tulang rusuk ini?
Dia adalah
suamiku sendiri. Air mataku kembali menetes. Ya Rabb.......
Bayanganku
kembali melintas sosoknya. Sosok sederhana dimana aku melihat diriku dalam
sosoknya. Dia yang seringkali memarahiku. Dia yang aku cintai. Harusnya aku
sabar menunggunya namun keadaan yang memaksaku.
Ya
Alloh......Hatiku masih mengharapkannya.
-------------------------------------------------------
Aku
merebahkan tubuh di sofa, ingin rasanya aku menangis. Tapi aku laki – laki, tak
pantas menangisi hal seperti ini. Dia yang kini kucintai sepenuh hatiku menolak
untuk kusentuh. Bahkan aku tahu di hatinya tak ada tempat untukku. Karena bukan
aku yang dia cintai. Dulu aku menyayanginya. Gadis kecil yang tegar dan ceria,
aku sudah jatuh hati kepadanya sejak pertama kali aku mengenalnya.
__"Wahai sekalian pemuda! Barangsiapa diantara kalian yg sudah
mampu, hendaklah ia menikah. Sebab nikah itu lebih menundukkan pandangan dan
menjaga kemaluan. Barangsiapa belum mampu menikah, hendaklah ia berpuasa,
karena puasa itu dapat meredam gejolak syahwat" ( HR.Bukhari,Muslim,Tirmidzi,Nasa'i,dan
Baihaqi dgn sanad yg shahih)__
Sampai hari
ini saat aku membawanya ke pernikahan agung. Aku semakin mencintainya. Dia
selalu mengalir dalam detak jantungku bersama nadiku. Dia ya dia....yang
sekarang menjadi istriku. Aku tahu pasti bagaimana kehidupannya. Dan juga
keluarganya. Aku hanya ingin membuatnya tersenyum. Itu saja. Yang lain tak akan
pernah kupikirkan.Yang ku pikirkan hanyalah bagaimana aku mengeluarkan dia dari
rumahnya dan menyelamatkan dia dari ayah tirinya yang kejam dan menyiksanya
tiap hari. Aku hanya ingin membahagiakannya. Hanya itu.
Aku tahu dia
mencintai seseorang dan seseorang itu pula yang juga mencintainya. Sedang orang
itu belum bisa saat ini melindunginya. Dan aku tak mau melihatnya terlalu lama
hidup dalam neraka dirumahnya bersama ayah tirinya. Aku tahu, ini menyakitkan
bagi kami bertiga. Tapi aku berjanji, andai ikhwan itu siap, aku bersedia
merelakan Fara untuknnya. Membahagiakan Fara dengan jalan apapun. Saat ini
biarlah ku jaga Fara. Menjaga dan membuatnya tersenyum sudah cukup bagiku.
Melihatnya baik – baik saja di dekatku itu sudah cukup bagiku.
Aku melirik
jam di dinding. Jam setengah dua belas. Ku lihat di atas pembaringan Fara sudah
terlelap. Ah bahkan ia pun tak mau melepas jilbabnya. Aku memang orang lain untuknya.
Aku mengambil jaket yang tersampir di belakang pintu.Ku pandang wajah Fara
sejenak. Tidurnya pulas dan tenang. Bahkan terlihat begitu damai. Ingin sekali
ku usap wajahnya itu namun aku tak berani. Aku takut dia terbangun dan marah
padaku.
__"Yang terbaik diantara kamu adalah yg bersikap terbaik kepada
istrinya. Sebab, orang yg memuliakan wanita, pasti orang yg mulia. Dan orang yg
menghina wanita (istri) pastilah orang yg tercela" (HR.Ibnu asakir)__
Dengan pelan
ku buka jendela kamarku. Aku melompat ke semak – semak kemudian langsung turun
ke jalan. Aku berlari menjauhi rumah. Dan ku stop angkot yang lewat.Tak sampai
20 menit aku sampai di sebuh rumah kos. Ku ambil hp.
"
Assalammualaykum. Udah tidur akh? Bisa keluar ke jalan nggak?" langsung ku
tutup. Beberapa saat seorang ikhwan sebaya denganku membuka gerbang rumah.
"
Fainan?" pekiknya kaget. Aku tersenyum.
" Temani
ana jalan - jalan ke alun – alun malam ini ya?".
aku
menggandengnya. Yah....aku bersama Hanif. Dialah sahabatku, ikhwan yang di cintai
istriku. Dialah ikhwan yg mencintai Fara dan Fara mencintainya. Dia nampak
kebingungan. Di bawah pohon beringin aku dan dia duduk bersama. Memandang
bintang.
" Ana
sama sekali tak menyentuhnya. Tenang saja saudaraku.." ucapku lirih.
"
Maafkan ana Akh...karena ana yang berada di hatinya dan membuat antum seperti
ini " ujar Hanif.
Aku hanya
tersenyum.
" Ana
akan menjaganya, sampai antum siap tegak menjaganya " kataku lagi.
" Ya
Allah...apa antum sudah gila akh? Permainan macam apa ini? Ana sudah mengiklaskannya
" hanif berkata kaget.
" Antum
mau kan membahagiakannya kelak?" tanyaku.
Dia
menggeleng tegas.
"
Tidak...tak pantas aku mengharapkan istri orang", balas Hanif.
" Tolong
akh...." Aku memohon dengan sangat.
Hanif malah
menangis memelukku.
" Aku
juga sangat mencintainya Akh...sangat..!! Sampai aku merasa berdosa kepada Nya.
Tak pantas rasanya memiliki perasaan kepada seorang yang bukan mahramku dan
sudah menjadi istri orang. Tapi aku ingin ada yang menjaganya dan aku tak bisa
untuk saat ini. Hanya engkaulah lelaki yg pantas mendampinginya saudaraku
Fainan, karena itu aku mengikhlaskannya untuk antum " kata hanif dgn mata
basah." Cinta itu bisa di tumbuhkan. Percayalah Fai...yang di butuhkan
hanya kesabaran antum, Percayalah..!" lanjutnya.
Aku dan dia
berbagi hati. Sampai dini hari dan aku harus pulang. Aku takut kalau Fara
bangun dan dia tak melihatku di sofa. Aku memeluknya erat. Sahabatku, maafkan
aku...
--------------------------------------------------------
Aku
menyiapkan nasi goreng untuk Mas Fainan. Sebentar lagi dia berangkat kerja,
sampai malam nanti. Dia kuliah malam. Kami sudah mengontrak rumah sendiri. Tapi
seperti biasa, kami selalu diam. Hanya sesekali kami berdiskusi bila ada hal
yang penting.Dia sudah duduk di meja makan takala aku mengeluarkan nasi goreng.
Aku belum membuatkan dia teh hangat. Dengan cepat ku siapkan juga minumnya.
"
Syukron Ukh " aku mengangguk. Seperti biasa aku hanya diam. Dia
menghabiskan sarapannya dalam diam. Sementara aku masuk ke kamar dan berganti
gamis juga jilbab. Aku mau ke kampus. Saat aku mau berangkat berbarengan dengan
dia.
" Mau ke
kampus?" tanyanya. Aku mengangguk. Kami keluar rumah bareng. Menunggu
angkot juga bareng. Bahkan naik angkot yang sama. Tapi tak ada satupun yang
tahu bahwa kami adalah suami istri.
Tak berapa
lama ada sepasang suami istri yang masuk. Mesra keduanya bergandengan tangan.
Bahkan bercengkerema dengan asyik di dalam angkot. Kampusku semakin dekat. Ku
panggil dia.
" Mas,
Fara duluan. Assalamualaykum. Depan stop ya Bang " langsung ku cium
tangannya.
Dia nampak
speechless, aku tak pernah melakukan ini sebelumnya. Spontan saja yg kulakukan
tadi.
Sorenya aku
kehujanan saat pulang. Ku rasakan tubuhku menggigil kedinginan. Aku pusing. Ku
rebahan di sofa ruang tamu. Antara sadar dan tak sadar kurasakan seseorang
menggendongku.,emindahkanku ke kamar kemudian mengompresku.Menyelimutiku dengan
selimut.Tengah malam ku tersadar. Mas Fai tertidur di sampingku. Di sampingnnya
ada baskom air dan kain handuk. Dia menjagaku. Aku menatap wajahnya yang begitu
dekat denganku. Bahkan aku sampai merasakan desahan nafasnya. Wajahnya yang
bersih, jenggot tipisnya dan bibirnya yang selalu tersenyum.
Aku merasa
bersalah padanya. Aku merasa sangat berdosa menyiksanya seperti ini. Dua bulan
pernikahan kami. Tapi aku masih dingin kepadanya. Bahkan sehelai rambutkupun ia
tak pernah tahu.Mas Fai..maafkan aku. Dihatiku masih dia yang bersemayam kuat.
Sulit tuk kulupakan. Bahkan aku masih berharap dia yang sekarang di rumah ini.
Di sampingku.
--------------------******************---------------------
Pulang dari
kajian rumah nampak sepi. Ku cari buku 'Menjadi Pembela Islam' di kamar. Tak ada. Tak kulihat Fara di
rumah. Ku obrak abrik kamarku. Oh ya buku itu di pinjam Fara. Ragu ku melangkah
ke kemarnya yan berada di sebelah kamarku. Ku putar gerendel pintu tak di
kunci. Mungkin dia pergi. Ku langkahkan kaki menuju rak buku. Aku jarang masuk
ke kamarnya. Aku takut dia marah. Nanti jika dia ada aku akan memberitahu dia.
Ku susuri
satu persatu susunan buku. Mencari buku berwarna biru. Di bagian atas tak ada,
ku susuri namun tak ketemu.Tiba – tiba pintu kamar mandi terbuka. Dan
.........aku kaget, wajah di depanku pias. Pucat. Ubun – ubunku langsung panas.
Kulihat istriku terbungkus handuk dengan rambut terurai basah. Tubuhnya masih
agak basah.
"
Eeeng...eh...afwan Ukh....ana kira anti tak di rumah. Ana butuh buku MPI "
dia nampak masih kaget. Keringat dingin membasahiku , aku menelan ludah.
"
Eh...di atas meja...di bawah kamus " aku langsung menundukan pandangan dan
berbalik membelakangi dia. Ku cari di meja dan ketemu." Ana minta maaf
" aku langsung berjalan cepat ke luar kamar. Sial...aku menabrak
kursi.....
Sampai di
kamar aku langsung ke kamar mandi dan membasuh mukaku di wastafel. Detak
jantungku masih sangat abnormal dan cepat sekali. Pemandangan tadi masih
terbayang jelas dimataku.
" Ya
Alloh...jagalah kesucianku " rambut hitam sebahu yang terurai.
Arghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh................" Rabbi...Rabbi...tolong hamba ya
Alloh menahan gejolak hati ini " aku merendamkan kepalaku di bak mandi.
Untuk menghilangkan bayangan Fara tadi. Sejam kemudian Fara memanggilku.
" Makan
siang sudah siap Mas " aku keluar dengan dada berdebar. Dia hanya diam.
Mengangsurkan piring padaku. Dadaku semakin berdebar. Ku gigit ujung jariku.
Sakit.Aku makan dengan pelan. Pepes ikan yang ia buat sangat enak. Aku
meliriknya yang juga lahap makan.
"
Maafkan Mas tadi Ra .." dia tersenyum dan mengangguk. Kali ini aku benar –
benar melihat senyum tulusnya.
"
Lupakan saja......jangan di bahas lagi " jawbnya.
Akupun diam.
Ya
Alloh...sampai kapan kami akan hidup seperti ini,padahal kami suami istri.
Luluhkan hatinya untuk memberiku kesempatan padaku ya Alloh.
__"Orang yg beriman tidak boleh membenci istrinya. Jika dia tidak
suka kepada salah satu perangainya, tentu ada salah satu perangainya yg lain yg
dia suka " (HR.Muslim)__
__"Karena disebabkan rahmat Allah-lah engkau dapat bersikap lemah
lembut kepada mereka. Sekiranya engkau itu orang yg kaku, keras lagi berhati
kasar, tentu mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu "(
QS.Al-imran,153)__.
--------------------------------------------------------
Hari ini
tumben Sarah ke rumah. Sarah adiknya Mas Fainan. Ia seumuran denganku bahkan
lebih tua dia beberapa bulan.
" Mbak
Fara...Sarah mau ngomong " ucapnya tho the point. Aku diam.
" Aku
akan menikah dengan Mas Hanif " deg...bagaikan petir menyambar di siang
hari.
"
Maksudnya?"
"
Iya..Mas Hanif akan melamar Sarah. Dan Sarah ke sini mau minta izin ke Mas Fai"
tiba – tiba mataku panas. Aku memangis.
" Sarah
tahu...Mbak mencintai Mas Hanif. Sarah juga tahu kalau Mas Hanif mencintai Mbak
Fara, dan Sarah tahu Mas Fai akan menentang Sarah. Karena bagi dia kebahagiaan
Mbak lebih utama. Dia tak mau melihat mbak terluka..Tapi Sarah ingin mbak
sadar. Selamanya mbak tak boleh egois dan mendhzalimi kakakku " lanjutnya.
Egois..??? kata hatiku bingung.
" Mbak
tahu? Mas Fai sangat mencintai mbak. Bahkan rela hidup seperti ini dalam rumah
tangga. Apa mbak tahu kalau Mas Fainan pernah memohon ke Mas Hanif untuk
menikahi mbak Fara jika mas Hanif sudah siap..? Apa mbak tahu berapa banyak
pengorbanan Mas Fai untuk membuat mbak bahagia? Apa mbak tahu kalau dia
seringkali shaum untuk menjaga kesucianya agar tak menyentuh mbak? Agar mbak
tetap suci untuk Mas Hanif kelak. Dia harusnya terluka....karena mbak mencintai
orang lain. Tapi Mas Fai tetep sabar dan selalu tersenyum bukan?" Farah
mencecarku. Aku semakin terisak.
" Mbak
Fara egois, hanya mengejar kebahagiaan mbak semata dengan mengorbankan orang
lain. Tak semua yang mbak inginkan harus mbak dapatkan. Cinta itu tak harus
memiliki. Cinta itu dapat di tumbuhkan. Mbak saja yang tak mau berusaha
menerima takdir mbak kalau Allah sudah mentakdirkan Mas Fai-lah jodoh mbak, bukan
mas Hanif.. " lanjutnya.
" Inilah
cara Mas Hanif mendewasakan mbak. Bukan ia tak cinta tapi ia tak ingin
mengorbankan Mas fainan " aku terdiam. Sarah memelukku,
"
Maafkan Sarah mbak, tapi Sarah sayang sama Mas Fainan. Sayang sama mbak, sarah
tak ingin mbak menjadi istri yang durhaka.."
aku terisak
di pangkuannya.
Ya
Rabb...Benar aku terlalu menuntut keinginanku. Pernikahanku dengan Mas Fainan
bukan kebetulan. Sudah Engkau gariskan dalam takdirMU. Kenapa aku terlalu
mendikte-Mu ya Alloh. Aku menyiksa suamiku sendiri. Aku istri yang durhaka.
Aku......aku benar – benar di butakan oleh cinta. Aku semakin terisak. Aku
ingin segera bertemu dengan dia, suamiku. Aku ingin bersimpuh di kakinya.
Sarah
akhirnya pulang menjelang maghrib. Malam ini aku sengaja menunggu suamiku
pulang. Sampai jam delapan malam Mas Fai belum pulang. Jam sembilan, belum ada
tanda – tanda pintu pagar di buka, sampai aku tertidur.
------------------------------------------------------------------------------------
Aku membuka
pintu rumah pelan. Pasti Fara sudah tidur. Ku nyalakan lampu ruang tamu.
Ternyata Fara tertidur di ruang tamu. Aku mengangkat tubuhnya. Andai dia bangun
pasti ia tak mau aku dekati. Tapi belum sampai ke kamarnya ia terbangun dan
membuka matanya. Dia diam saja tak minta di turunkan. Malah dia tersenyum
kepadaku. Aku membalas senyumnya. Ku tidurkan ia di tempat tidurnya. Dan segera
ku langkahkan kaki keluar. Tapi dia menarik tanganku.
" Mas
Fai...jangan pergi. Tidur saja di sini " deg.....aku takut ada yang salah
dengan pendengaranku.
Dia
menggenggam tanganku. Aku berbalik ke arahnya. Ada yang berbeda dengan
penampilannya. Dia tak seperti biasanya selalu memakai jilbab. Kali ini
dibiarkannya rambutnya terurai tanpa jilbab. Aku takut ini mimpi. Dia beranjak
dari tidurnya dan langsung bersimpuh di kakiku. Mencium jemariku.
" Maafkan
Fara Mas, maafkan aku. Aku ingin menjadi istri Mas sepenuhnya. Berikan aku
kesempatan dan ajari Fara tentang cinta yang sesungguhnya..".
Aku masih tak
percaya dengan apa yang terjadi. Namun aku merasa begitu bahagia. Aku
berjongkok.
" Boleh
Mas memeluk dek Fara?" tanyaku. Dia mengangguk.
" Bahkan
lebih dari itu pun boleh " jawabnya sembari tersipu malu. Aku merangkum
wajahnya di dadaku,
"
Terimakasih Rabb...Kau kirimkan bidadariku " Aku rasakan malam ini adalah
malam paling berbahagia yang pernah ku rasakan. Karena kini cintaku telah
berbalas. Karena aku memiliki seorang istri dan bidadari di rumahku.
Terimakasih
Yaa Allah, akhirnya Engkau bukakan pintu hati istriku untuk menerimaku sebagai
suaminya, yaa..suaminya yang benar-benar suaminya.
---------------------------------------------------------------------------------
Padamu ku titipkan cintaku. Padamu ku titipkan rinduku..
Padamu pula ku pasrahkan raga ini, meskipun aku masih dalam tahap belajar
untuk mencintaimu,
Karena cinta kepada makhluk milikku tengah di pinjam olehNya
Bantulah aku dengan kesabaranmu,dengan ketulusanmu, dan dengan cintamu..
Bagiku cukup seorang dan jikapun Allah tidak mentakdirkan,
Biarlah waktu yang akan mempertemukan bukan disini ditempat ini, tapi
dikeridhoan dan keikhlasan hati
Barakallahufikum...
semoga menjadi renungan dan bermanfaat..
Wassalam..
--------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar