Pengetahuan manusia terus
berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, untuk itu dibutuhkan
penggalian ilmu secara terus menerus, sehingga diperlukan daya cipta, daya
khayal, keinginan tahu manusia dan inisiatif.
Ilmu Lingkungan
merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari
jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya, antara lain dari aspek
sosial, ekonomi, kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan
sebagai suatu poros, tempat berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang saling
terkait satu sama lain untuk mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup
dengan lingkungannya.
Asas di dalam suatu ilmu pada
dasarnya merupakan penyamarataan kesimpulan secara umum, yang kemudian
digunakan sebagai landasan untuk menguraikan gejala (fenomena) dan situasi yang
lebih spesifik. Asas dapat terjadi melalui suatu penggunaan dan pengujian
metodologi secara terus menerus dan matang, sehingga diakui kebenarannya oleh
ilmuwan secara meluas. Tetapi ada pula asas yang hanya diakui oleh segolongan
ilmuwan tertentu saja, karena asas ini hanya merupakan penyamarataan secara
empiris saja dan hanya benar pada situasi dan kondisi yang lebih terbatas,
sehingga terkadang asas ini menjadi bahan pertentangan. Namun demikian
sebaliknya apabila suatu asas sudah diuji berkali-kali dan hasilnya terus dapat
dipertahankan, maka asas ini dapat berubah statusnya menjadi hukum.Begitu
pula apabila asas yang mentah dan masih berupa dugaan ilmiah seorang peneliti,
biasa disebut hipotesis Hipotesis ini dapat menjadi
asas apabila diuji secara terus menerus sehingga memperoleh kesimpulan adanya
kebenaran yang dapat diterapkan secara umum. Untuk mendapatkan asas baru dengan
cara pengujian hipotesis ini disebut cara induksi dan
kebanyakan dipergunakan dalam bidang-bidang biologi, kimia dan fisika.
Disini metode pengumpulan data melalui beberapa percobaaan yang relatif
terbatas untuk membuat kesimpulan yang menyeluruh. Sebaliknya cara lain yaitu
dengan cara deduksi dengan menggunakan kesimpulan umum untuk
menerangkan kejadian yang spesifik. Asas baru juga dapat diperoleh dengan
cara simulasi komputer dan penggunaan model
matematika untuk mendapatkan semacam tiruan keadaan di alam
(mimik). Cara lain juga dapat diperoleh dengan metode perbandingan misalnya
dengan membandingkan antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Cara-cara
untuk mendapatkan asas tersebut dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya.
Asas di dalam suatu
ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan yang kokoh dan kuat untuk
mendapatkan hasil, teori dan model seperti pada ilmu lingkungan. Untuk
menyajikan asas dasar ini dilakukan dengan mengemukakan kerangka teorinya
terlebih dahulu, kemudian setelah dipahami pola dan organisasi pemikirannya
baru dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan didukung, sehingga asas-asas
disini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain (sesuai dengan urutan logikanya).
1. Semua energi
yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau ekosistem dapat dianggap
sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari suatu
bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau
diciptakan.
Penjelasan :
Asas 1 ini disebut juga dengan hukum
konservasi energi, dalam ilmu fisika sering disebut sebagai hukum
termodinamika pertama. Asas ini menerangkan bahwa energi dapat diubah,
dan energi yang memasuki jasad hidup, populasi ataupun ekosistem dianggap
sebagai energi yang tersimpan ataupun yang terlepaskan, sehingga dapat
dikatakan bahwa sistem kehidupan sebagai pengubah energi. Dengan demikian dalam
sistem kehidupan dapat ditemukan berbagai strategi untuk mentransformasi
energi, maka dibutuhkan “pembukuan masukan dan keluaran kalori dalam sistem
kehidupan” . Keberhasilan dalam melawan lingkungan dapat diukur dengan
peningkatan jumlah populasinya.
ASAS 2. Tak ada
sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien
Penjelasan :
Asas ini sama dengan hukum termodinamika
kedua dalam ilmu fisika. Hal ini berarti meskipun energi itu tidak
pernah hilang, namun demikian energi tersebut akan diubah dalam bentuk yang
kurang bermanfaat. Secara keseluruhan energi di planet kita ini terdegradasi
dalam bentuk panas tanpa balik, yang kemudian beradiasi ke angkasa.
Dalam sistem biologi,
energi yang dimanfaatkan baik oleh jasad hidup, populasi maupun ekosistem
kurang efisien, karena masukan energi dapat dipindahkan dan digunakan
oleh organisme hidup yang lain. Contohnya pada piramida makanan, tingkatan
konsumen yang paling bawah mendapatkan asupan energi yang banyak,
sebaliknya konsumen paling atas hanya mendapatkan sedikit, disamping itu pada
setiap tingkatanpun energi tidak dimanfaatkan secara efisien (banyak terbuang).
Energi yang dapat dimanfaatkan oleh kita seperti
tumbuhan, hewan, ikan dsb., itu termasuk kategori sumber alam,
namun demikian apakah sumber alam ini dapat diukur manfaatnya dan apa batasan
sumber alam tersebut?.
Sumber alam adalah segala sesuatu yang
diperlukan oleh organisme hidup, populasi, atau ekosistem yang pengadaannya
hingga ke tingkat optimum atau mencukupi, sehingga akan meningkatkan daya
pengubahan energi.
ASAS
3. Materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman, semuanya
termasuk kategori sumber alam
Penjelasan :
Materi dan energi sudah jelas termasuk kedalam sumber
alam. Ruang yang dimanfaatkan oleh organisme hidup untuk hidup, berkembang biak
dsb. dapat dianalogkan dengan materi dan energi, karena dibutuhkan, sehingga
secara asas termasuk katagori sumber alam. Begitu pula dengan waktu, meskipun
tidak dapat berdiri sendiri, namun termasuk kategori sumber alam, karena berapa
waktu yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk mendapatkan makanan.
Keanekaragaman juga termasuk ke dalam kategori sumber alam, karena apabila suatu
spesies hanya memakan satu spesies saja akan mudah terancam punah, namun
apabila makanannya beranekaragam dia akan mampu “survive”.
Asas 3 ini mempunyai
implikasi yang penting bagi kehidupan manusia untuk mencapai kesejahteraannya
ASAS 4.
Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaanya sudah
optimum, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan dengan
penambahan sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui
batas maksimum ini tak ada pengaruh yang menguntungkan lagi.
Penjelasam :
Untuk semua kategori
sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya yang
melampaui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena kesan
peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan
penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati
batas maksimum.
Pada asas ini
mempunyai arti bahwa pengadaan sumber alam mempunyai batas optimum, yang
berarti bahwa batas maksimum maupun minimum sumber alam akan mengurangi daya
kegiatan sistem biologi. Dari sini dapat ditarik suatu arti yang penting, yaitu
karena adanya ukuran optimum pengadaan sumber alam untuk populasi, maka
naik turunnya jumlah individu populasi itu tergantung pada pengadaan sumber
alam pada jumlah tertentu.
ASAS 5. Ada dua jenis
sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang
penggunaan seterusnya, dan yang tidak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih
lanjut.
Penjelasan :
Pada asas ini ada dua
hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak dapat menimbulkan
rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua sumber alam yang
dapat menimbulkan rangsangan untuk dapat digunakan lebih lanjut.
ASAS 6.
Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya,
cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.
Penjelasan :
Pada asas ini berlaku
“seleksi alam”, artinya bagi spesies-spesies yang mampu beradaptasi baik dengan
faktor biotik maupun abiotik, dia akan berhasil daripada yang tidak dapat menyesuaikan
diri. Dapat diartikan pula, spesies yang adaptif akan mampu menghasilkan
keturunan lebih banyak daripada yang non adaptif, Sehingga individu-individu
yang adaptif ini mempunyai kesan lebih banyak merusak
ASAS 7.
Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan yang
mudah diramal.
Penjelasan :
Pada asas ini arti
kata “mudah diramal” ialah adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor
lingkungan dalam suatu periode yang relatif lama. Adanya fluktuasi
turun-naiknya kondisi lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan dan
sukar-mudahnya untuk diramal berbeda untuk semua habitat. Sehingga diharapkan
pada setiap lingkungan adanya penyebaran spesies yang berbeda-beda
kepadatannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan sedemikian rupa, maka akan
terjadi perubahan pengurangan individu yang sedemikian rupa sampai pada batas
yang membahayakan individu-individu spesies tersebut. Lingkungan yang stabil
secara fisik merupakan lingkungan yang mempunyai jumlah spesies yang banyak,
dan mereka dapat melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya tersebut (secara
evolusi). Sedangkan lingkungan yang tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni
oleh spesies yang jumlahnya relatif sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa
komunitas fauna dasar laut mempunyai keanekaragaman spesies terbesar, hal ini
dijumpai pada habitat yang sudah stabil sepanjang masa dan lama. Kemudian
diinterpretasikan oleh Slobodkin dan Sanders (!969) sebagai pengaruh lingkungan
yang mudah diramal (stabil). Maksudnya ialah semakin lama keadaan lingkungan
dalam kondisi yang stabil, maka semakin banyak keanekaragaman spesies yang
muncul disitu sebagai akibat berlangsungnya proses evolusi. Menurut Pilelou
(1969) keadaan iklim yang stabil sepanjang waktu yang lama, tidak saja
melahirkan keanekaragaman spesies yang tinggi, tetap juga akan menimbulkan
keanekaragaman pola penyebaran kesatuan populasi.
ASAS 8. Sebuah
habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada
bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
Penjelasan :
Pada asas ini
menyatakan bahwa setiap spesies mempunyai nicia tertentu, sehingga
spesies-spesies tersebut dapat berdampingan satu sama lain tanpa berkompetisi,
karena satu sama lain mempunyai kepentingan dan fungsi yang berbeda di
alam. Tetapi apabila ada kelompok taksonomi yang terdiri atas spesies dengan
cara makan serupa, dan toleran terhadap lingkungan yang bermacam-macam serta
luas, maka jelas bahwa lingkungan tersebut hanya akan ditempati oleh spesies
yang keanekaragamannya kecil.
ASAS 9.
Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomassa dibagi
produktivitas.
Penjelasan :
Pada asas ini menurut
Morowitz (1968) mengatakan bahwa adanya hubungan antara biomassa, aliran energi
dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.
ASAS 10. Pada
lingkungan yang stabil perbandingan antara biomassa dengan produktivitas (B/P)
dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimptut.
Penjelasan :
Dalam asas ini dapat
disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami evolusi yang mengarah kepada
peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil,
yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain kalau
kemungkinan produktivitas maksimum sudah ditetapkan oleh energi matahari yang
masuk kedalam ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih dapat
meningkat dalam perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem
biologi itu dapat digunakan untuk menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila
asas ini benar, maka dapat diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah
berkembang lanjut pada proses suksesi, rasio biomassa produktivitas akan lebih
tinggi bila dibandingkan dengan komunitas yang masih muda. Pada kenyataan di
alam memang demikian, sebab spesies bertambah, dan ditemukan pula tumbuhan
berkayu sehingga diperoleh stratifikasi.
Implikasi dari asas
ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda dengan jalan memperlakukan
fluktuasi iklim yang teratur. Atau pada komunitas buatan lahan pertanian dengan
jalan mengambil daun-daunannya untuk makanan hewan.
ASAS 11. Sistem yang
sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum mantap (belum dewasa).
Penjelasan :
Arti dari asas ini
adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa memindahkan
energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum
dewasa. Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui
suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari
subsistem yang lebih rendah keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi
keanekaragamannya
ASAS 12. Kesempurnaan
adaptasi suatu sifat atau tabiat tergantung kepada kepentingan relatifnya di
dalam keadaan suatu lingkungan.
Penjelasan :
Asas ini merupakan
kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan (seleksi) berlaku, tetapi
keanekaragaman terus meningkat di lingkungan yang sudah stabil, maka dalam
perjalanan waktu dapat diharapkan adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat
adaptasi terhadap lingkungan. Jadi, dalam ekosistem yang sudah mantap dalam
habitat (lingkungan ) yang sudah stabil, sifat responsive terhadap fluktuasi
faktor alam yang tak terduga ternyata tidak diperlukan. Yang berkembang justru
adaptasi peka dari perilaku dan biokimia lingkungan sosial dan biologi dalam
habitat itu. Evolusi pada lingkungan yang sukar ditebak perubahan faktor
alamnya cenderung memelihara daya plastis anggota populasi. Sedangkan evolusi
pada lingkungan yang mantap, beranekaragam secara biologi cenderung menggunakan
kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-macam perubahan.
Implikasi dari asas
ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi yang terbaik dan
mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa
populasi pada ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan
lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi pada ekosistem yang
sudah mantap.
ASAS 13.Lingkungan
yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman
biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan kemantapan
populasi lebih jauh lagi.
Penjelasan :
Asas ini merupakan
penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap, jumlah jalur
energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu
goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih,
dengan demikian komunitas masih tetap terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan
lingkungan fisik merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman biologi, maka
kemantapan faktor fisik itu akan mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem
yang mantap dan komunitas yang mantap mempunyai umpan-balik yang sangat
kompleks. Disini ada hubungan antara kemantapan ekosistem dengan efisiensi
penggunaan energi.
ASAS 14. Derajat pola
keteraturan turun-naiknya populasi bergantung kepada jumlah keturunan
dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.
Penjelasan :
Asas ini merupakan
kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang tinggi pada rantai
makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan
populasi yang tinggi.
Contoh Video :
Kesimpulan :
Ilmu lingkungan yang
sudah berkembang dan banyak mengeluarkan hasil, model dan teori yang semakin
meningkat jumlahnya semua harus didasari oleh asas yang kokoh dan kuat yang
merupakan satu kesatuan untuk tercapainya equilibrum yan diharapkan.
Sumber Referensi:
·
www.youtube.com
·
www.google.com
·
www.wartawarga.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar